Kamis, 29 Maret 2012

UNIK!! KERAMAS PAKAI KARUNG GONI

Seorang pemuda tampak duduk manis di sebuah stand bazaar miliknya tapi tetap sigap melayani setiap pengunjung yang sekedar ingin mencuci mata ataupun yang ingin membagi isi koceknya kepada pemuda itu. Eno, seorang pemuda berdarah Jawa yang usianya baru 27 tahun dan sehari-harinya menghabiskan waktu untuk "keramas" dengan menggunakan karung goni bekas.

Hasil dari "keramas" yang dilakukan oleh Eno adalah sederet miniatur boneka unik yang mampu mempesona setiap orang yang menghampirinya. Mungkin pertanyaan yang kemudian muncul adalah “kira-kira sampo merek apa yang dipakai Eno untuk keramas sehingga menghasilkan miniatur boneka? Bagaimana mungkin? Lalu apa kabar dengan rambut di kepalanya? Bukankah yang biasa dikeramas adalah rambut?”

Unik. Itulah kemudian kata yang paling tepat untuk menggambarkan “keramas” yang satu ini. KERAMAS (Kerajinan Anak Medan Asli) memakai karung goni bekas, bentuk usaha kreatif yang ditekuni oleh Eno selama beberapa tahun belakangan. Tempat yang bisa dijangkau untuk “Keramas” ini adalah di Jalan Kesatria Gang Damai No.14, Kecamatan Medan Sunggal, Kelurahan Tanjung Rejo.

Eno bersama seorang temannya menggali ide kreatif mereka kemudian menuangkannya ke dalam sebuah karya seni yang sangat unik. Mereka memainkan jari-jari mereka merajut kembali goni-goni bekas yang sudah dikumpulkan, untuk kemudian dibedah menjadi berbagai jenis miniatur berbentuk boneka, pesawat, lukisan, dan semacamnya. Alat dan bahan yang digunakan sangat sederhana, hanya berupa karung goni bekas dan kawat sebagai bahan utama. Sesekali ragam biji-bijian kering yang telah dilapisi pernis sehingga memberi kesan mengkilau ditempelkan pada miniatur boneka goni untuk menambah kesan cantiknya.
Durasi waktu yang mereka perlukan untuk menciptakan satu miniatur boneka karung goni dengan karakter biasa yang tak terlalu ribet hanya sekitar 10-15 menit.

Eno biasanya memperoleh karung goni bekas dengan cara mengumpulkannya dari pedagang-pedagang pasar, terkadang dia peroleh secara gratis tapi terkadang juga Eno harus merogoh kantongnya dan mengeluarkan beberapa lembar rupiah untuk menebus karung-karung goni yang akan ia sulap menjadi karya unik, hasil tangan yang akan menjadi bagian dari “keramas” yang siap untuk dipasarkan.



Harga yang ditawarkan Eno untuk miniatur boneka karung goninya rata-rata adalah Rp 25.000 per-unit. Sementara untuk pembelian dalam jumlah banyak yang tujuannya adalah untuk dijual kembali, Eno biasanya memberikan korting harga menjadi Rp 15.000-Rp 18.000 per-unit. Saat ini hasil “Keramas” sudah dipasarkan ke berbagai wilayah di Sumatera Utara, khususnya daerah tujuan wisata, seperti Berastagi, Parapat, Tomok, Bukit Lawang. Tidak hanya sampai di situ, hasil kerajinan tangan ini juga sudah merantau sampai ke Aceh, Jakarta, Yogyakarta, bahkan sampai ke negeri tetangga, Malaysia. Menurut Eno, pelancong asal Malaysia pernah memborong kerajinan tangannya sampai 350 unit miniatur untuk kemudian dijual kembali.



Keuntungan yang bisa diperoleh Eno dari kegiatan yang ditekuninya ini, yaitu mengumpulkan karung goni bekas kemudian memainkan kreatifitasnya membentuk ragam miniatur, akhirnya bisa menambah pundi-pundi uang bagi Eno termasuk juga temannya yang turut membantunya. Nominal yang biasa diperoleh Eno yakni berkisar 2,5-3 juta perbulan.

Setiap orang dianugerahkan dengan bentuk kreativitas yang berbeda dan beragam. Eno adalah salah satu orang yang kemudian berusaha memaksimalkan kreativitas yang dimilikinya dan berhasil membuatnya menjadi sesuatu yang bernilai seni tinggi dan lagi menghasilkan rupiah. Tak hanya sampai di pembuatan miniatur boneka, lukisan, pesawat mainan, yang kesemuanya dari karung goni, Eno juga memberdayakan karung goni untuk membalut sepeda ontel.
“Saya kemaren nemu kerangka sepedanya itu di daerah Sunggal tempat tukang botot, terus dirangkai lagi dan dibalut pakai goni itu. Untuk merakitnya lagi kemaren saya perlu modal sekitar 500-600ribu.”

Di salah satu sisi stand bazaarnya, berdiri gagah sepeda ontel jantan yang sudah dibalut dengan karung goni oleh Eno, sehingga kian menambah nilainya. Menurut Eno, sepeda itu merupakan sepeda dengan tahun 1940, yang akan dia jual dengan harga 2,5 juta rupiah.

4 komentar:

  1. Happy to read your Blog. Your pen is the best tool! Please keep writing!

    BalasHapus
  2. He..he.. unik emang, karung goni itu bisa di bikin apa aja... teruskan posting teruswkan cari yang unik-unik. Sukses

    BalasHapus
  3. kalo bonekanya minimal pembelian berapa pcs bang.?

    BalasHapus
  4. Bagi bagi ilmunya dong.
    Step by step dari awal pembuatan sampai finishing.

    BalasHapus