Selasa, 24 Juli 2012

(Repost) SEANDAINYA AKU SEBIJAK DIA

Hari Selasa, 24 Juli 2012
Pukul 15:07 di jam komputer yang sedang ku gunakan.

Sevi Caroly

Harusnya aku sedang duduk manis di depan microfon siaranku saat ini, memutarkan lagu-lagu yang ada di chart "MOZAIK"ku. Akan tetapi karena sesuatu hal yang ntah apa sedang terjadi, akhirnya menghalangi keberlangsungan siaran radio ini untuk sementara waktu. Katanya ada sedikit masalah di bagian pemancar radio. Ntahlah, aku tak begitu paham.

Lagi-lagi aku tertelan kebisuanku dan memutuskan untuk membuka facebook-ku. Dan aku tersenyum ketika menemukan catatan ini ada di sana.
Bolehkan aku membaginya kembali untukmu :)



18/07/2010
16: 40


________________________

Siapakah dari kamu yang saat ini tengah berkeluh kesah?
Siapa yang tengah mengumpat untuk setiap kejadian yang datang semaunya?
BANYAK PASTI.
Seandainya kau tau,
aku pun tak luput dari perasaan mengeluh setiap hari.
Menyedihkan sekali, bukan?

Yaa, terlalu banyak yang tak berjalan sesuai mauku seringkali membuatku mengesampingkan rasa syukur yang harusnya lebih dulu disiapkan.
Ada sekian banyak alasan untuk setiap pertanyaan.
Seringkali alasan dikeluarkan adalah sebagai bentuk senjata pengelakan, yaitu penolakan terhadap kenyataan yang harusnya dijalani.
(Mungkin kenyataan itu TAMPAK terlalu sulit atau berat)
Penolakan berarti menghilangkan kesempatan.
Hilangnya kesempatan berarti menunda datangnya sukses.

Ooh, sial.
Hei, Sevi..
Apakah kau sedang menunda suksesmu dengan melancarkan sejuta alasan sebagai pengelakan untuk melakukan sesuatu?
BODOH sekali membiarkan dirimu terkunci dalam ruang yang begitu menyedihkan.


Aku berpikir, aku tak punya sesuatu yang bisa dibanggakan.
Tak ada menurutku.
Aku tak pintar.
Aku tak cantik.
Dan yaa, aku tak tinggi.
:D
Lalu apa yang aku punya?

Aku hanya Sevi kecil yang tak sedang memimpikan hal-hal yang kecil namun terbiasa melakukan hal-hal kecil.
Lalu bagaimana mungkin hasilnya juga tak kecil?
BURUK.

Itu yang ada di pikiranku.
Ah ya, betapa merupakan pikiran yang menyedihkan.
Mengucilkan diri sendiri karena merasa tak pintar, tak cantik, dan tak tinggi?

Konyol.
Bukankah sukses itu milik semua orang yang bekerja di atas rata-rata,,
tak berhenti ketika orang lain memutuskan untuk berhenti.
Kerja keras.
Lalu apa masalahmu?


Pikiran yang sempit perlu dipompa agar sedikit lebih mengembang dan ada ruang leluasa berpikir bijak.
Kita koreksi satu per satu.
Ini,,
- masalah ketika teman tak sesuai hati
- masalah ketika nilai tak sesuai hati
- masalah ketika kondisi keuangan tak sesuai hati
- masalah ketika kesehatan tubuh tak sesuai hati
- ................

"MASALAH AKAN TETAP MENJADI MASALAH SELAMA KAU MENGANGGAPNYA BEGITU."

- mungkin temanmu sedang sakit gigi ketika dia membuatmu marah
- mungkin dosenmu sedang sangat suka dengan huruf 'D' ketika menuliskan nilaimu
- mungkin akan ada copet yang mencopetmu kalau di kala itu kau punya banyak uang
- mungkin sudah terlalu lama kau tak beristirahat dan perlu sudah memanjakan dirimu walau dengan cara yang berbeda
- .................

Lalu, sekarang apa yang salah?
Tak ada.
:)

Hanya perlu mengubah pola pikir,,
lalu bertindak tanpa harus banyak waktu lagi dihabiskan untuk sebuah perencanaan.
Dan inilah yang sulit.
Sedikit mengubah pola pikir lalu bertindak.


- Masalah ketika nilai tak sesuai hati -

Ini berat.
yaa, sudah mengusahakan seoptimal mungkin ternyata hasilnya?
Terpuruk?
Yaa, sudah pasti.
Seolah semakin menguatkan anggapan bahwa nilai yang jelek itu adalah *kado isimewa untuk orang yang tak pintar.
Nilai jelek berarti bencana.
Tak ada harapan.
Mati.
(Sedikit berlebihan untuk kesan lebih menyakitkan)

Mari lihat ini..
Prof. Rhenald Kasali, Ph.D
(Guru besar FE UI)
Beliau dibesarkan di keluarga miskin dan pernah tak lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia pada saat kelas V SD, sehingga menyebabkan dirinya tinggal kelas ketika itu.
Beliau sempat terpuruk, merasa dirinya gagal.
Akan tetapi, Rhenald kecil memutuskan untuk bangkit.
Sampai akhirnya, beliau masuk Universitas Indonesia, Fak. Ekonomi dan mendapatkan beasiswa pada tingkat II.
Pada masa kuliahnya, beliau mengakui bukanlah mahasiswa yang mendapatkan indeks prestasi tinggi.
Hanya sekitar 2,..
Tapi tak menjadi patokan suksesnya.

Usaha dan kerja keras serta keberanian menghadapi kenyataan, menghindari penolakan serta pengelakan,,
membawanya mendapat gelar profesor, juga dengan bantuan beasiswa yang ia dapat ke luar negeri.


Lihat?
Masalah ini bahkan tak menjadi penghalang suksesnya,,
- masalah ketika nilai tak sesuai hati
- masalah ketika kondisi keuangan tak sesuai hati

:)

Menurut Prof. Rhenald Kasali, Ph.D:
Dia bahkan tak pernah merasa pintar.
Hanya saja setiap orang punya pilihannya masing-masing,,
apakah ingin menjadi seperti TELUR atau BOLA TENIS?







 

TELUR yang ketika jatuh dan terlempar, maka akan langsung pecah?
Atau BOLA TENIS yang ketika dijatuhkan maka justru membal tinggi semakin tinggi?

Bukan terus menerus mempertanyakan dengan berkeluh-kesah akan apa yang tengah terjadi.
Semuanya justru akan semakin buruk kalau terus menyimpan rasa marah.



Sisi bijak Sevi berpesan:
"Berhenti mencari-cari alasan untuk memmberhasilkan sebuah penolakan yang sebenarnya adalah proses penundaan kesuksesan."

Sisi Sevi yang sekarang menjawab:
Yaa, baiklah.
Kita coba.
SEMOGA BISA dan SUKSES.




17: 46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar